Asyiiik.. teriak anak-anak saat melihat Ibu guru membawa pizza. Mereka sangat tidak sabar ingin segera melihat, apa yang akan dilakukan bu Guru dengan pizza tersebut.
Insantama Leuwiliang – Saat itu anak anak Kelas 3 lagi belajar matematika tentang pecahan sederhana. Agar matematika tidak lagi dianggap sulit, Bapak/Ibu Guru pun menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif.
”Proses pembelajaran yang menyenangkan dan belajar dengan fakta yang ada dalam kehidupan mereka akan membuat anak anak menikmati pembelajaran matematika,” kata Bu Novia.
Media yang digunakan untuk belajar pecahan kali ini adalah dengan menggunakan makanan yang disukai anak-anak, yaitu makanan khas Italia yang disebut pizza. Guru mengajak siswa duduk dengan membuat lingkaran besar agar semuanya bisa meperhatikan dan menyimak dengan baik.
Sebuah pizza mula-mula utuh, kemudian dipotong atau dibagi menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian dari pizza yang dipotong tersebut disebut “satu per dua” atau ditulis “½”. Sedangkan jika kedua bagian potongan dari pizza tersebut dipotong lagi menjadi dua, maka dari sebuah pizza tersebut akan diperoleh empat bagian pizza yang sama. Satu bagian pizza dari empat bagian yang sama itu disebut “satu per empat” atau “seperempat” dan ditulis “¼”, dan seterusnya.
Setelah selesai pembelajaran, guru membagikan pizza tersebut yang sudah menjadi 8 potongan. Sambil membagikan Pizza, Ibu Guru sambil mengajarkan bahwa jika kita mengambil dua potongan, berarti disebut dengan ²/₈ (dua per delapan), jika mengambil 3 potongan maka disebut ³/₈ (tiga per delapan), begitu seterusnya hingga semua pizza habis dan anak-anak memakannya secara bersama-sama.
Dengan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, siswa akhirnya tahu bahwa matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, bahkan bisa dipelajari melalui makanan. Maka tidak ada alasan bagi siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.(Novia/AS)